Kepala Unit Pengendalian Kinerja, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan selama produksi
minyak mentah dan BBM dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan
nasional, tak ada jalan lain kecuali impor.
Untuk saat ini,
hampir separuh kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi dengan impor.
"Contohnya, kita konsumsi premium, atau pertamax cuma 500 ribu bph
(barel per hari). Setengahnya itu harus didatangkan dari luar negeri,"
kata Widyawan di Jakarta, Kamis (27/8).
Artinya, anjloknya nilai
tukar rupiah sampai di atas Rp 14 ribu per dolar AS, kata Widhyawan,
memang memberatkan. Perlu strategi jangka panjang untuk mengurangi
ketergantungan atas importasi minyak mentah dan produk BBM. "Kalau
tidak, saya saing Indonesia semakin jauh tertinggal dari negara-negara
berkembang lainnya," kata Widhyawan.
Masih menurut Widhyawan,
ketergantungan Indonesia terhadap importasi minyak, seharusnya harus
mulai dikurangi. "Harus diakui, kita kalah bersaing. Pertanyaannya,
kenapa enggak kita upayakan suplai dari dalam negeri. Jawabannya, dalam
20 tahun saja kita tidak membuat kilang baru. Inilah tangangannya," kata
Widhyawan.
Diketahui, pemerintah belum berencana mengurangi
impor minyak mentah (crude oil) dan bahan baku BBM (Bahan Bakar Minyak),
meski nilai tukar rupiah atas dolar AS terus melemah.
Sumber indopetronews.com
0 komentar